1.BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat Barat muncul di Yunani, sekitar abad ke 7 M. Hal ini disebabkan karena orang – orang mulai berfikir tentang alam, dunia, dan lingkungannya. Mereka tidak lagi menggantungkan agama, karena mereka ingin mengetahui keadaan alam sesuai dengan eksperimen mereka atau hasil riset. Filsuf – filsuf terbesar di Yunani adalah Sokrates, Plato, Aristotheles. Sokrates adalah guru dari Plato, sedangkan Aristotheles adalah murid dari Plato. Namun ada yang berpendat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanya komentar – komentar karya Plato belaka. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Plato sangat besar terhadap sejarah filsafat.
Menurut sejarah bahwa Plato hidup dalam suatu periode gelap kehidupan politik Athena. Ia lahir pada masa pemerintahan otoriter dan militer sparta yang menghancurkan kebesaran dan masa jaya Athena di bawah Perikles melalui perang Pelopponesus. Sejak muda, ia bercita-cita untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya. Plato banyak memunculkan persoalan – persoalan yang menyangkut kehidupan moral dan politik. Filsafat politik Plato membahas tentang segi kehidupan manusia dalam hubungan dengan negara. Bagi Plato, manusia dan negara memiliki persamaan yang hakiki, oleh sebab itu apabila negaranya baik berarti manusianya baik. Begitu juga sebaliknya, jika negara buruk maka manusianya pun buruk. Negara adalah pencerminan dari manusia yang menjadi warganya.
Plato adalah seorang filosof yang memiliki peringkat terpanjang sepajang masa. Berbagai tulisan karya Plato merupakan sumber terbaik dan terpercaya. Semua karyanya berbentuk dialog, beberapa diantaranya memang ada yang berbentuk monolog virtual yang dibubuhi ungkapan kata seru. Interpretasi terhadap karya Plato tersebut sebagai bukti bahwa pandangan Plato sendiri bukanlah persoalan mudah. Pada dasarnya gagasan – gagasan Plato semua konsekuensi generiknya banyak memunculkan reaksi dan diskusi, khususnya gagasan kontroversial yang diprakarsai oleh para pemikir yang dikenal atau menamakan diri kaum postmodernis. Kelompok terakhir ini merupakan kelompok yang anti terhadap pola berfikir yang mendasarkan diri pada subjek (pelaku), gagasan tentang esensi, kesadaran dan kebenaran mutlak.
Dalam paper ini akan dijelaskan tentang: bagaimanakah kisah hidup Plato pada masa Yunani kuno? bagaimanakah pemikiran Plato dalam berfilsafat? apa saja karya – karya Plato? dan apakah pengaruh Plato pada masa setelahnya?
2.BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Plato
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M dan meninggal di sana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ayah Plato adalah Ariston, seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar 1068 SM yang terkenal dengan kecakapan dan kebijaksanaannyA dalam memimpin Athena. Ibunya bernama Perictione, adalah keturunan dari Solon, yang merupakan tokoh legendaris dan negarawan agung Athena. Adeimantus dan Glaucon, yang muncul sebagai karakter dalam Republik, adalah saudara Plato yang lebih tua, dia mempunyai adik, yang bernama Potone, yang putranya Speusippus berhasil Plato sebagai kepala Academy. Charmides dan Critias, keduanya paman Plato, muncul sebagai karakter dalam dialog. Nama aslinya Plato ialah Aristokles. Sedangkan nama Plato diberikan oleh gurunya senam. Kemudian nama ini menjadi resmi yang diabadikan lewat karya – karyanya. Plato dikenal sebagai filsuf yang memiliki peringkat terdepan sepanjang masa, yang menggunakan filsafat panjang, yang berarti cinta pengetahuan. Ia adalah seorang pemikir yang lebih sistematis dan positif dari socrates. Namun tulisan serta dialog – dialog sebelumnya, dapat disebut sebagai kelanjutan dan elaborasi dari wawasan Sokrates.
Sejak muda, ia bercita-cita untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya. Plato termasuk seorang pemuda yang cerdas. Pada masa kecil, selain pelajaran umum, seperti menggambar, melukis, serta belajar musik dan puisi. Ia mampu membuat karangan yang bersajak. Sejak saat itu ia mendapat didikan dari guru filosofinya yang bernama Kratylos yang mengajarkan filosofi. Kratylos adalah murid dari Herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Ternyata ajaran yang seperti itu tidak hinggap di dalam kalbu anak aristocrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.
Historis Plato
Pada umur 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Sokrates, yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam baginya. Ia adalah murid Sokrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Sokrates baginya adalah seorang guru dan sahabat.
Pada umur 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Sokrates, yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam baginya. Ia adalah murid Sokrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Sokrates baginya adalah seorang guru dan sahabat.
. . . . the noblest and the wisest and most just.
. . . . yang paling mulia dan paling bijaksana dan yang paling tulus.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa Sokrates adalah orang yang paling khusus dalam kehidupannya. Hampir seluruh karya filsafati Plato menggunakan metode “ Sokratik” yaitu metode yang dikembangkan oleh Sokrates yang dikenal dengan nama “metode dialektis”. Metode ini terwujud dalam suatu bentuk tanya jawab atau dialog sebagai salah satu bentuk dalam meraih kebenaran dan pengetahuan. Pada dasarnya Plato hanya mewarisi filsafat Sokrates, yang mana hanya mengenal nilai kesusilaan yang menjadi norma atau aturan dalam diri dan kehidupan manusia. Setelah Sokrates meninggal pada (399 SM) merupakan permulaan ia mengembara selama dua belas tahun. Ia pergi ke Megara dan menetap disitu, dirumah sahabatnya yang bernama Euklides. Disini ia mengarang dialog mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran Sokrates.
Setelah menetap di Megara, ia pergi ke Kyrena, di sana ia memperdalam pengetahuan tentang matematik pada seorang guru ilmu yang bernama Theodoros. Namun Plato juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku. Kemudian ia pergi ke Italia selatan dan terus ke sirakusa dipulau sisiria, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran, yang bernama Dionysios. Dionysios mengajak plato tinggal di istananya.
. . . . yang paling mulia dan paling bijaksana dan yang paling tulus.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa Sokrates adalah orang yang paling khusus dalam kehidupannya. Hampir seluruh karya filsafati Plato menggunakan metode “ Sokratik” yaitu metode yang dikembangkan oleh Sokrates yang dikenal dengan nama “metode dialektis”. Metode ini terwujud dalam suatu bentuk tanya jawab atau dialog sebagai salah satu bentuk dalam meraih kebenaran dan pengetahuan. Pada dasarnya Plato hanya mewarisi filsafat Sokrates, yang mana hanya mengenal nilai kesusilaan yang menjadi norma atau aturan dalam diri dan kehidupan manusia. Setelah Sokrates meninggal pada (399 SM) merupakan permulaan ia mengembara selama dua belas tahun. Ia pergi ke Megara dan menetap disitu, dirumah sahabatnya yang bernama Euklides. Disini ia mengarang dialog mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran Sokrates.
Setelah menetap di Megara, ia pergi ke Kyrena, di sana ia memperdalam pengetahuan tentang matematik pada seorang guru ilmu yang bernama Theodoros. Namun Plato juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku. Kemudian ia pergi ke Italia selatan dan terus ke sirakusa dipulau sisiria, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran, yang bernama Dionysios. Dionysios mengajak plato tinggal di istananya.
Ia merasa bangga diantara orang-orang yang mengelilinginya terdapat pujangga dari dunia Grik yang kesohor namanya. Disini Plato belajar kenal dengan ipar radja Dionysios yang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Diantara mereka berdua terdapat kata sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinya, agar tercapai suatu perbaikan sosial. Seolah-olah datang baginya untuk melaksanakan teorinya tentang pemerintah yang baik dalam praktik. Sudah lama tertanam di dalam kalbunya, bahwa kesengsaraan di dunia tidak akan berakhir sebelum filosof menjadi raja atau raja-raja menjadi filosof. Tetapi ajaran plato yang dititik-beratkan kepada pengertian moral dalam segala perbuatan. Di sinilah kesempatan baik Plato dalam mewujudka keinginannya untuk menerapkan dan mempraktikan ajaran filsafat dalam pemerintahan sesungguhnya. Ia berpendapat bahwa kesengsaraan di sunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja atau raja menjadi filosof.
Pada akhirnya filsafat Plato membuat bosan Dionysios. Filsafat Plato dituding membahayakan bagi kerajaan. Akhirnya Plato ditangkap dan dijual sebagai budak di pasar, namun ia terkenal sebagai bekas murid dari Annikeris, dan kemudian ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh sahabat dan pengikut Plato di Athena. Kemudian mereka mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang dibayar oleh Annikeris. Tapi, Annikeris menolak pergantian uang tersebut, dan akhhirnya uang tersebut digunakan untuk membeli sebidang tanah dan dijadikan lingkungan sekolah atau pondok yang sekitarnya terdapat kebun yang indah. Tempat itu diberi nama “Akademia”, dan disinilah sejak umur 40 tahun sampai meninggalnya umur 80 tahun, Plato menngajarkan filsafatnya dan mengarang tulisan – tulisan sepanjang masa.
Plato menggunakan metode dialog sebagaimana Sokrates, dalam mengantarkan filsafatnya. Sistem tanya jawab diterapkannya kepada murid – muridnya. Suatu soal jawab dipecahkan bersama – sama oleh kelompok seorang murid, dan memberikan soal jawab kepada kelompok lain untuk menjawab soal baru, seperti itulah salah satu metodenya, yang diajarkan di akademia
Seorang filosof menulis tentang Plato sebagai berikut :
“Plato pandai berbuat. Ia dapat belajar seperti Solon dan mengajar seperti Sokrates. Ia pandai mendidik pemuda yang ingin belajar dan dapat memikat hati serta perhatian sahabat – sahabat pada dirinya. Murid – muridnya begitu sayang kepadanya seperti ia sayang kepada mereka. Dia itu bagi mereka adalah sahabat, guru dan penuntun.”
Tatkala seorang muridnya merayakan pernikahannya, Plato yang sudah berumur 80 tahun datang juga pada malam perjamuan itu. ia turut riang dan gembira setelah agak larut malam, ia mengundurkan diri kepada suatu sudut yang sepi dalam rumah itu. disana ia tertidur dan tidur untuk selama-lamanya dengan tiada bangkit lagi. Esok harinya seluruh Atena mengantarkannya ke kubur. Plato tidak pernah menikah dan tidak punya anak. Kemenakannya Speusippos menggantikannya mengurus Akademia.
2.2. Pemikiran Plato
Pemikiran yang dicetuskan dari filosofi Plato ialah pendapatnya tentang idea. Ini merupakan suatu ajaran yang sangat sulit memahaminya. Salah satu sebab ialah bahwa pahamnya tentang idea selalu berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika. Stelah itu teori tentang idea meluas menjadi pandangan hidup, serta menjadi dasar umum bagi ilmu, politik, sosial dan pandangan agama. Menurut Plato, idea ialah realitas yang sebenarnya dapat dikenali oleh panca indera apabila dari segala sesuatu yang ada. Baginya kehidupan semua ini merupakan bayangan dari dunia idea. Dunia lahir dari dunia pengalaman yang selalu berubah – ubah dan berwarna – warni. Banyangan pada hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli yaitu idea. Maka dari itu dunia itu berubah – ubah.
Menurut Plato, idea bukan pengertian jenis saja, namun juga bentuk dari keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak berubah-ubah. Tetapi ada yang baru dalam ajaran Plato ialah pendapatnya tentang suatu dunia yang tidak bertubuh. Idea itu tempatnya ada di dalam dunia yang lain. Semua pengetahuan adalah tiruan dari yang sebenarnya, sesuatu yang ada dalam jiwa sebagai ingatan pada dunia yang asal. Jiwa merupakan penghubung antara dunia idea dan dunia bertubuh.
Dunia yang bertubuh adalah pandangan dan pengalaman yang dapat diketahui dan dirasakan oleh tubuh, seperti halnya panca indera. Dalam semua itu semuanya bergerak dan berubah senantiasa, tidak ada yang tetap dan kekal. Sedangkan dunia idea adalah dunia khayalan atau realita.
Ada tiga pokok pemikiran Plato, yang merupakan gelombang saling susul – menyusul, yang dikatakan bahwa yang dibelakang lebih besar daripada yang telah mendahuluinya. Teori ini disebut sebagai gelombang, karena kebanyakan dari teori Plato telah mengguncang “kebenaran” yang sudah umum dan bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan yang sudah ada. Diataranya adalah :
Gelombang Pertama (the first wave)
Gelombang pertama adalah laki – laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama, terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Pemikiran yang seperti ini, yang bertolak belakang dengan kenyataan pada masa itu, bahwa laki-laki dan perempuan harus dibedakan. Palto mengatakan :
. . . both woman and man my have the same nature fit for guarding the city . . .
. . . wanita dan pria memiliki sifat – sifat dasar yang sama, yang pantas untuk menjaga
negara . . .
Gelombang kedua (the second wave)
Gelombang kedua adalah pernyataan Plato untuk menghapuskan perkawinan dan keluarga untuk membentuk suatu negara besar, yaitu negara, sehingga semua orang bersaudara di dalam negara. Sebagaimana dalam karyanya Republic :
negara . . .
Gelombang kedua (the second wave)
Gelombang kedua adalah pernyataan Plato untuk menghapuskan perkawinan dan keluarga untuk membentuk suatu negara besar, yaitu negara, sehingga semua orang bersaudara di dalam negara. Sebagaimana dalam karyanya Republic :
. . . you are all brothers in the city.
. . . di dalam negara kamu semua bersaudara.
Maksud dan tujuannya adalah untuk meningkatkan loyalitas suatu negara, agar setiap manusia tidak direpotkan oleh keluarganya masing – masing. Karena yang diinginkan Plato adalah membentuk suatu negara besar yang bersatu dan terpelihara tali persaudaraan.
. . . di dalam negara kamu semua bersaudara.
Maksud dan tujuannya adalah untuk meningkatkan loyalitas suatu negara, agar setiap manusia tidak direpotkan oleh keluarganya masing – masing. Karena yang diinginkan Plato adalah membentuk suatu negara besar yang bersatu dan terpelihara tali persaudaraan.
Gelombang ketiga (the third wave)
Gelombang yang ketiga adalah kekuasaan politik negara lebih baik dipegang oleh para filsuf, agar kecerdasan ilmu pengetahuan yang tinggi dapat dipegang oleh para cendekiawan, sehingga tingkat kearifan sejati dapat memimpin negara.
Pokok tinjauan filosofi plato ialah mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi plato. Pengertian yang mengandung didalamnya pengetahuan dan budi, yang dicarinya bersama-sama dengan sokrates, pada hakekat dan asalnya berlainan sama sekali dari pemandangan. Sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian. Ia diperoleh atas usaha akal sendiri.
Gelombang yang ketiga adalah kekuasaan politik negara lebih baik dipegang oleh para filsuf, agar kecerdasan ilmu pengetahuan yang tinggi dapat dipegang oleh para cendekiawan, sehingga tingkat kearifan sejati dapat memimpin negara.
Pokok tinjauan filosofi plato ialah mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi plato. Pengertian yang mengandung didalamnya pengetahuan dan budi, yang dicarinya bersama-sama dengan sokrates, pada hakekat dan asalnya berlainan sama sekali dari pemandangan. Sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian. Ia diperoleh atas usaha akal sendiri.
2.3.Karya Plato
Plato menjadi seorang satrawan yang dikagumi oleh banyak orang, dari hasil karyanya ia menjadi terkenal, dan hampir semua karyanya ditulis dalam bentuk dialog dengan gaya bahasa yang indah dan menawan. Ada sebuah daftar karya Plato yang disusun oleh Thrasyllos (meninggal 36 M). Thrasyllos membagi daftar karya tulis Plato menjadi sembilan kelompok terdiri dari empat karya tulis (tertralogies), dapat disimpulkan bahwa bagi Thrasyllos semua karya Plato berjumlah tiga puluh enam buah. Karya tulis Plato dibagi atas beberapa masa, diantaranya :
a. Pada masa muda, karya tulisnya berupa : Apologie, Kriton, Ion, Protagoras, Laches, Politea Buku I (Republik), Lysis,Charmides dan Euthyphron. Karya pada masa muda ini banyak berpegang teguh pada pendirian gurunya Plato.
b. Karya tulis pada masa peralihan, di Megara, diantaranya : Gorgias, Kratylos, Menon, Hippias dan lainnya. Pada karya tulis ini banyak membahas tentang pertentangan politik dan pandangan hidup.
c. Pada masa pematangan, pada masa ini karyanya terkenal sepanjang masa yang membahas tentang idea, menjadi ajaran pokok Plato, seperti teori pengetahuan, metafisika, fisika, psikologi, etik, politik, dan estetika. Diantara karyanya sebagai berikut : Phaidros, Symposion, Phaidon, dan Politeia II-X.
d. Pada masa tua, salah satu karyanya yang membahas tentang ilmu spesial, seperti ilmu alam dan ilmu kesehatan. Yaitu : Timaios, Parmenides, Sophistos, Politikos, Philibos, Theaitetos, Kritias dan Nomoi.
Pada tahun 1578 di Paris, terbitlah satu edisi karya Plato yang disunting dan diterbitkan oleh H. Stephanus. Pada saat ini sudah banyak terjemahan karya tulis Plato ke dalam bahasa Inggris yang baik dan teliti dari terjemahan sebelumnya. Beberapa diantaranya :
a. The Laws, terjemahan T.J Saunders. Harmond-worth. Tahun 1970
b. The Laws, terjemahan A.G. Taylor. London : Dent, 1960
c. Republic, terjemahan F.M Cornford. Oxford : Oxford University Press, 1978
d. The Sophist and Statesman, terjemahan A.E. Taylor. London : Nelson, 1961
e. Statesman, terjemahan J.B Skemp. Red. M.Ostwald. New York : Liberal Arts Press, 1957
f. The Complete Texts of Plato’s Great Dialogues. Terjemahan W.H.D. Rouse. New York : New American Library, 1970
Salah satu karya tulisnya yang berjudul Replublic, banyak membahas tentang kehidupan manusia dan negara. Seperti :
Asal mula pembentukan negara
Menurut Plato asal mula tebentuknya suatu negara karena adanya keinginan dan kebutuhan yang dapat terpenuhi apabila mereka bersatu dan bekerja sama, agar keterbatasan atau kekurangan mereka dapat terpenuhi. Maka dari itu sistem pelayanan dalam suatu negara harus dapat bertanggung jawab, saling membantu, menerima dan memberi serta dpat memperhatikan kebutuhan antar manusia. Dengan demikian bahwa negara ideal Plato bukanlah negara khayalan.
Plato menyaksikan betapa negara menjadi rusak dan buruk akibat penguasa yang korup, sedangkan bagi Plato negara dan manusia memiliki persamaan. Maksudnya adalah masalah molaritas harus di utamakan serta menjadi hakiki di dalam negara. Begitu juga manusia dalam menjadi penguasa di Negara. Plato yang dipengaruhi oleh Sokrates menempatkan kebajikan dan kebaikan sebagai ide yang tertinggi. Dari beberapa filsuf menarik kesimpulan dari Plato, bahwa Negara ideal adalah suatu komunitas etikal untuk mencapai kebajikan dan kebaikan itu. Salah satu penyebab Plato yang membuatnya menjadi seorang yang aristokrat yang kritis terhadap demokrasi adalah pecahnya perang Peloponesos, yang pada saat itu Plato menyaksikannya sendiri pada umur ke dua puluh tiga tahun, bahwa Athena kalah dari Sparta. Pada masa Athena yang berada dalam pemerintahan demokratis, dari sinilah pemerintahan demokratis yang tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyat dibidang politik, moral, dan spiritual.
Tujuan, fungsi dan tugas negara
Tujuan dalam negara bagi Plato adalah untuk menciptakan kesenangan dan kebahagiaan, oleh sebab itu maka tugas negara adalah mengupayakan kesenangan manusia bisa tercipta, dengan menggunakan sistem pelayanan, dari rakyat untuk rakyat. Sedangkan fungsi negara adalah memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan manusia dalam bernegara.
Bentuk – bentuk negara
Plato mengemukakan bahwa bentuk negara ada lima, sebagaimana sesuai dengan kondisi jiwa manusia. Plato mengatakan :
. . . if there are five kinds of contitutions, there should be five conditions of soul of private men.
. . . jika ada lima macam bentuk (negara), seyogyanya ada lima kondisi jiwa manusia pribadi.
Dari lima bentuk negara ini tersusun atas beberapa tahap, diantaranya :
a. Aristokrasi, ialah bentuk negara yang sempurna, yang dipimpin oleh seorang cendekiawan.
b. Timokrasi, ialah bentuk negara yang lebih mengutamakan kepentingan sendiri untuk mendapatkan kehormatan yang besar.
c. Oligarki, ialah bentuk negara yang ingin memperkaya diri dan menimbun harta sebanyak – banyaknya.
d. Demokrasi, ialah bentuk negara yang mengutamakan kepentingan rakyat, dan memperhatikan kebebasan dan kemerdekaannya.
e. Tirani, ialah bentuk negara yang tidak lagi melindungi rakyat, dan sebaliknya akan menindas rakyat.
Pembagian kelas dalam negara
Menurut Plato negara ideal terbagi menjadi tiga, sebagaimana sama dengan pembagian jiwa manusia, yang dikenal dengan nama “ Plato’s Tripartite Theory of the Soul “ ( Teori Plato tentang tiga bagian jiwa ). Kesamaan dari tiga pembagian ini dihubungkan oleh Plato sebagai berikut :
Menurut Plato asal mula tebentuknya suatu negara karena adanya keinginan dan kebutuhan yang dapat terpenuhi apabila mereka bersatu dan bekerja sama, agar keterbatasan atau kekurangan mereka dapat terpenuhi. Maka dari itu sistem pelayanan dalam suatu negara harus dapat bertanggung jawab, saling membantu, menerima dan memberi serta dpat memperhatikan kebutuhan antar manusia. Dengan demikian bahwa negara ideal Plato bukanlah negara khayalan.
Plato menyaksikan betapa negara menjadi rusak dan buruk akibat penguasa yang korup, sedangkan bagi Plato negara dan manusia memiliki persamaan. Maksudnya adalah masalah molaritas harus di utamakan serta menjadi hakiki di dalam negara. Begitu juga manusia dalam menjadi penguasa di Negara. Plato yang dipengaruhi oleh Sokrates menempatkan kebajikan dan kebaikan sebagai ide yang tertinggi. Dari beberapa filsuf menarik kesimpulan dari Plato, bahwa Negara ideal adalah suatu komunitas etikal untuk mencapai kebajikan dan kebaikan itu. Salah satu penyebab Plato yang membuatnya menjadi seorang yang aristokrat yang kritis terhadap demokrasi adalah pecahnya perang Peloponesos, yang pada saat itu Plato menyaksikannya sendiri pada umur ke dua puluh tiga tahun, bahwa Athena kalah dari Sparta. Pada masa Athena yang berada dalam pemerintahan demokratis, dari sinilah pemerintahan demokratis yang tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyat dibidang politik, moral, dan spiritual.
Tujuan, fungsi dan tugas negara
Tujuan dalam negara bagi Plato adalah untuk menciptakan kesenangan dan kebahagiaan, oleh sebab itu maka tugas negara adalah mengupayakan kesenangan manusia bisa tercipta, dengan menggunakan sistem pelayanan, dari rakyat untuk rakyat. Sedangkan fungsi negara adalah memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan manusia dalam bernegara.
Bentuk – bentuk negara
Plato mengemukakan bahwa bentuk negara ada lima, sebagaimana sesuai dengan kondisi jiwa manusia. Plato mengatakan :
. . . if there are five kinds of contitutions, there should be five conditions of soul of private men.
. . . jika ada lima macam bentuk (negara), seyogyanya ada lima kondisi jiwa manusia pribadi.
Dari lima bentuk negara ini tersusun atas beberapa tahap, diantaranya :
a. Aristokrasi, ialah bentuk negara yang sempurna, yang dipimpin oleh seorang cendekiawan.
b. Timokrasi, ialah bentuk negara yang lebih mengutamakan kepentingan sendiri untuk mendapatkan kehormatan yang besar.
c. Oligarki, ialah bentuk negara yang ingin memperkaya diri dan menimbun harta sebanyak – banyaknya.
d. Demokrasi, ialah bentuk negara yang mengutamakan kepentingan rakyat, dan memperhatikan kebebasan dan kemerdekaannya.
e. Tirani, ialah bentuk negara yang tidak lagi melindungi rakyat, dan sebaliknya akan menindas rakyat.
Pembagian kelas dalam negara
Menurut Plato negara ideal terbagi menjadi tiga, sebagaimana sama dengan pembagian jiwa manusia, yang dikenal dengan nama “ Plato’s Tripartite Theory of the Soul “ ( Teori Plato tentang tiga bagian jiwa ). Kesamaan dari tiga pembagian ini dihubungkan oleh Plato sebagai berikut :
a. Kelas penasehat/pembimbing (counsellor) ialah para cendekiawan atau para filsuf, yang sejajar dengan fikiran/akal manusia (nous).
b. Kelas pembantu (the state-assistants) ialah militer, yang sejajar dengan semangat/keberanian (thumos).
c. Kelas penghasil (money makers), ialah para petani, pengusaha dan lainnya, yang sejajar dengan keinginan/kebutuhan (Epithuma).
Ciri-ciri Karya-karya Plato
a. Bersifat Sokratik
Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.
b. Berbentuk dialog
b. Kelas pembantu (the state-assistants) ialah militer, yang sejajar dengan semangat/keberanian (thumos).
c. Kelas penghasil (money makers), ialah para petani, pengusaha dan lainnya, yang sejajar dengan keinginan/kebutuhan (Epithuma).
Ciri-ciri Karya-karya Plato
a. Bersifat Sokratik
Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.
b. Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.
c. Adanya mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.
2.4. Pengaruh Plato Terhadap Masa Setelahnya
Plato pemikirannya bersifat idealis, spekulatif, sugesti, dan puitis. Karya-karya pemikirannya tersebar dan dikenal sebagian besar di antaranya terdapat dalam dialog dengan Socrates bagai pertunjukan drama sekaligus filsafat. Tidak ada penulis klasik yang lebih sering dikutip pemikirannya oleh komentator politik modern daripada Plato. Pemikirannya masih memiliki relevansi, elan vital dan sejalan dengan pemikiran kontemporer seperti saat ini.
Pengaruh pemikiran plato kepada para pemikir filsafat lain setelahnya adalah Aristoteles. Sebagai murid Plato yang sangat pintar, Aristoteles adalah pribadi yang memiliki karakter ilmuwan yang serius. Karya-karyanya dikenal kritis, analitis, empiris dan spekulatif. Meski agak berbeda dengan gurunya plato namun pandangan, gaya dan substansi pemikirannya mampu mewakili semua tradisi pemikiran barat. Dalam filsafat kristen, misalnya, Agustinus lebih Platonian sedangkan Aquinas mengikuti gaya Aristotelian. Di era modern yang menyebutnya kaum rasionalis lebih condong ke pemikir Platonian ketimbang Aristotelian. Sementara mereka yang bukan keliompok idealis tetapi empiris lebih berkiblat pada pemikiran Aristoteles. Di jerman, kebanyakan para pemikirannya mengikuti Mahzhab Platonian karena menggandrungi tradisi filsafat Plato yang cenderung idealis, reflektif, dan spekulatif. Hegel, Karl Mark, dan pemikir mahzhab Frankfurt hanyalah beberapa kelompok yang terkena virus pemikiran Plato tersebut.
Semisal Georg Wilhelm Friedrich Hegel dalam kajian politiknya tentang negara dan civil society. Menurut Hegel, negara adalah realisasi rasio dalam masyarakat. Menurut Hegel, Civil Society adalah “ sphere of necessity” yang berisi “ system of needs” seperti keinginan, selera, insting, dan kebutuhan ekonomis. Hegel juga menekankan bahwa kebebasan itu secara esensial politis. Maksudnya, individu bebas hanya sebagai entitas politis. Dari pemikirannya Hegel tersebut dapat dilihat bahwa idenya terpengaruh dari pemikiran yunani kuno (plato), di mana polis di yakini sebagai bentuk tertinggi dari perkumpulan manusia, ruang di mana manusia dimungkinkan merealisasikan diri.
Kesulitan menentukan arti penting pengaruh Plato sepanjang masa –meski luas dan menyebar– adalah ruwet dipaparkan dan bersifat tidak langsung. Sebagai tambahan teori politiknya, diskusinya di bidang etika dan metafisika telah mempengaruhi banyak filosof yang datang belakangan. Apabila Plato ditempatkan pada urutan sedikit lebih rendah ketimbang Aristoteles dalam daftar sekarang ini, hal ini terutama lantaran Aristoteles bukan saja seorang filosof melainkan pula seorang ilmuwan yang penting. Sebaliknya, penempatan Plato lebih tinggi urutannya ketimbang pemikir-pemikir seperti John Locke, Thomas Jefferson dan Voltaire, sebabnya lantaran tulisan-tulisan ihwal politiknya mempengaruhi dunia cuma dalam jangka masa dua atau tiga abad, sedangkan Plato punya daya jangkau lebih dari dua puluh tiga abad.
BAB III
KESIMPULAN
Plato lahir di Athena pada tahun 428 SM dan meninggal di sana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Nama aslinya Plato ialah Aristokles. Sedangkan nama Plato diberikan oleh gurunya senam. Kemudian nama ini menjadi resmi yang diabadikan lewat karya – karyanya. Plato dikenal sebagai filsuf yang memiliki peringkat terdepan sepanjang masa, yang menggunakan filsafat panjang, yang berarti cinta pengetahuan. Plato termasuk seorang pemuda yang cerdas. Pada masa kecil, selain pelajaran umum, seperti menggambar, melukis, serta belajar musik dan puisi. Ia mampu membuat karangan yang bersajak. Pemikiran yang dicetuskan dari filosofi Plato ialah pendapatnya tentang idea. Ini merupakan suatu ajaran yang sangat sulit memahaminya. Salah satu sebab ialah bahwa pahamnya tentang idea selalu Berkembang.
Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika. Stelah itu teori tentang idea meluas menjadi pandangan hidup, serta menjadi dasar umum bagi ilmu, politik, sosial dan pandangan agama. Pengaruh pemikiran plato kepada para pemikir filsafat lain setelahnya adalah Aristoteles. Sebagai murid Plato yang sangat pintar, Aristoteles adalah pribadi yang memiliki karakter ilmuwan yang serius. Karya-karyanya dikenal kritis, analitis, empiris dan spekulatif. Hegel juga menekankan bahwa kebebasan itu secara esensial politis. Maksudnya, individu bebas hanya sebagai entitas politis. Dari pemikirannya Hegel tersebut dapat dilihat bahwa idenya terpengaruh dari pemikiran yunani kuno (plato), di mana polis di yakini sebagai bentuk tertinggi dari perkumpulan manusia, ruang di mana manusia dimungkinkan merealisasikan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Melling, David. Jejak Langkah Pemikiran Plato. Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta.
Beoang, Dr. Konkrad Kebung, SUD. Plato Menuju Pengetahuan yang Benar. Penerbit Kanisius, Yogyakarta : 1997.
Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Universitas Indonesia Press. Jakarta : 1986.
DR. J.H. Rapar, Th.D., Ph.D, Filsafat Politik Plato, Rajawali,. Jakarta. 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar